Arca Jenderal Yue Fei |
Beberapa kali ke Hangzhou, baru sekali akhirnya saya berkesempatan mengunjungi Kuil Jendral Yue Fei. Siapa sebenarnya beliau ini? Karena ketertarikan saya akan sejarah dan keteladanan dari masa lalu, sayapun berusaha mencari sedikit pencerahan tentang beliau yang mana memang sangat luar biasa dan akan coba saya tuangkan dalam sedikit tulisan ini. Apalagi terakhir saya merasa lebih menarik lagi karena masih berhubungan dengan legenda Cakwe yang sering kita makan :D
Sebelum saya masuk pada penjelasan kecil ini, perlu sekali diingat bahwa kebudayaan masyarakat China kuno adalah kebudayaan yang menjunjung tinggi penghormatan terhadap leluhur yang sudah meninggal, leluhur yang masih hidup, sarjana/orang pintar, orang bijaksana serta tabib. Semua orang yang lulus ujian negara saat itu akan mendapatkan kedudukan yang terpandang. Demikian juga dengan ujian bela diri yang merupakan syarat bila ingin menjadi pejabat militer. Berkenaan dengan hal ini, banyak orang-orang berjasa pada saat itu yang kemudian karena dirindukan oleh masyarakat atau karena ada beberapa pembuktian secara visual maka kemudian diangkat menjadi dewa dan oleh masyarakat didirikan tugu maupun bangunan peringatan sebagai tanda jasa dan tempat penghormatan mereka. Untuk bagian ini sudah pernah saya susun sebelumnya pada judul "Kebudayaan mendasar masyarakat Tionghoa - Dilihat dari aspek kultural dan spiritual" berdasarkan pemahaman serta literatur-literatur dan cerita turun temurun yang beredar dalam masyarakat.
Jenderal Yue Fei adalah salah satu Jenderal hebat yang sangat terkenal pada jamannya dan memiliki kemampuan yang sangat cakap dengan budi perilaku yang tinggi. Sikap Cinta Negara dan selalu melakukan hal yang benar hingga hari ini dipercaya membawa berkat bagi orang-orang yang melakukan penghormatan (Pai Hio) kepada beliau. Sehingga oleh masyarakat kemudian dibangunlah Memorial Hall yang akhirnya berubah fungsi menjadi Kuil Jenderal Yue Fei dan bersebelahan dengan kuburan beliau.
Yue Fei lahir pada hari ke 24 bulan ketuga penanggalan lunar tahun 1103 (2 Tahun setelah mangkatnya Su Dong Po) di jaman dynasty Song Selatan dirumah leluhurnya di Xiaoti, Desa Yonghe, Henan (Saat ini berada di Distrik Tangyin, Anyang - Henan). Beliau sangat dikenal karena perjuangannya dalam perang melawan pasukan Jin (Kim) dari Utara China sebelum akhirnya dihukum mati oleh pemerintahan Dynasty Song Selatan. Dua Kaisar selanjutanya memberikan gelar pahlawan negara pada beliau. Yang pertama adalah gelar Anumerta Wumu oleh Kaisar Xiaozhong di tahun 1169 dan kemudian diberikan gelar Anumerta Raja (鄂 王) oleh Kaisar Ningzhong ditahun 1211. Ini semua karena melihat jasa-jasa beliau dan kemudian berkembang menjadi standard loyalitas dalam budaya China.
Legenda dan Fakta
Saat saya mendalami lebih banyak tentang Jenderal Yue Fei, saya agak sedikit kesulitan memastikan yang bagian manakah yang merupakan legenda dan bagian mana yang asli. Ini dikarenakan biografi beliau yang pertama dituliskan 60thn setelah kematiannya oleh seorang penyair dan sejarawan bernama Yue Ke (岳柯) yang sekaligus juga cucunya, diragukan kebenarannya oleh beberapa pihak termasuk oleh ahli sejarah. Sedangkan selanjutnya adalah banyak novel dan cerita opera yang dituliskan oleh penyair-penyair selanjutnya yang terinspirasi oleh kehidupan beliau.
Kisah Hidup Jenderal Yue Fei Menurut Penulisan masing-masing Novel
1. Eguo Jintuo Zubian (鄂 国 金 佗 稡 编), Karya Yue Ke (岳柯).
Seperti telah diberitahukan diatas, tulisan ini dihasilkan 60thn setelah kematian beliau oleh cucunya. Tulisan ini kemudian dianggap sebagai sejarah dan termasuk dalam kitab Dynasty Song yang dituliskan ulang oleh Perdana Menteri Dynasty Yuan. Salah satunya adalah asal mula penamaan Jenderal ini dari kata "Fei", yang berarti terbang, karena pada saat ia dilahirkan, "burung besar seperti angsa mendarat di atap rumahnya.
Setelah Yue Fei lahir, ayah Yue Fei yaitu Yue He (岳和) untuk memasukkan Istri dan anaknya dalam bejana tanah liat sesaat setelah Yue Fei menangis. Beberapa hari kemudian seorang anak memegang tangan Yue Fei terlalu keras sehingga membuat Yue Fei yang masih bayi menangis dan hujanpun mulai turun sangat deras dan meluapkan Sungai Kuning dan memusnahkan seluruh desa.
Kehidupan awal Yue Fei:
Dalam kisah biografi ini dikatakan bahwa ayah Yue Fei, yaitu Yue He tetap hidup. Ini tersirat dalam sebuah paragraf novel yang menuliskan: Setelah [kematian gurunya Zhou Tong], [Yue Fei] akan mempersembahkan kurban di makamnya. Ayahnya
memujinya karena kesetiaannya dan bertanya, "Kamu bekerja untuk menghabiskan waktumu, Mengapa kamu tidak mengorbankan dirimu kepada negara hingga meninggal dalam tugasmu?" (侗 死, 溯 望 设 祭 于其 冢 父 义 之, 曰:.. "汝为 时 用, 其 徇 国 死 义 乎)
Ayah
Yue Fei dikisahkan memiliki sebidang tanah dirumah leluhurnya untuk
becocok tanam untuk memenuhi kebutuhan mereka sekeluarga sehari-hari.
Namun setelah banjir meluap, Yue Fei dan ayahnya harus bekerja sangat
keras untuk dapat bertahan hidup. Didalam novel ini dikisahkan bahwaYue Fei mendapatkan sebagian besar pendidikan dasarnya dari ayahnya Yue He sampai kemudian memutuskan untuk masuk militer ditahun 1122. Namun ditahun yang sama, ayahnya meninggal sehingga Yue He harus pulang. Didalam adat China Kuno, seseorang wajib untuk mundur dari segala kesibukannya beberapa waktu hingga berkahirnya periode berkabung. Selama waktu ini kurang lebih 3 tahun lunar atau 27 bulan, ia akan memakai jubah kasar berkabung, topi, dan sandal, sementara berpantang dari pakaian sutera dan kehidupan menyenangkan.
Ketika ibunya meninggal pada 1136, ia pensiun dari pertempuran yang melawan Dinasti Jin untuk masa berkabung, namun Yue Fei dipaksa untuk mempercepat masa berkabungnya oleh Jenderal karena dalam keadaan kritis.
Satu kisah unik yang disampaikan dalam biografi ini adalah Yue Fei pergi meninggalkan Ibu dan Istrinya untuk berperang. Namun kemudian Yue Fei ternyata menikah lagi dan sangat mencintai Istri keduanya. Yue Fei sendiri melarang anak-anaknya memiliki selir.
Satu kisah unik yang disampaikan dalam biografi ini adalah Yue Fei pergi meninggalkan Ibu dan Istrinya untuk berperang. Namun kemudian Yue Fei ternyata menikah lagi dan sangat mencintai Istri keduanya. Yue Fei sendiri melarang anak-anaknya memiliki selir.
2. Shuo Yue Quan Zhuan (说 岳 全 传), Karya Qian Cai (钱 彩).
Novel kedua yang menuliskan tentang kehidupan beliau dituliskan pada periode antara pemerintahan Kaisar Kangxi dan Kaisar Yongzheng (1661-1735) dari Dinasti Qing. Pada jaman itu tulisan ini dianggap sebagai biografi lengkap tentang Jenderal Yue Fei yang atas beberapa alasan dilarang pada jaman pemerintahan Kaisar Qianlong dinasty yang sama. Novel ini ditulis dalam dua versi yang masing-masingnya memiliki 80 Chapter. Kemudian seorang Mantan Hakim Angung Hong Kong Sir Yang Ti-liang (Saat masih dibawah pemerintahan Inggris) menggabungkan kedua buah Novel tersebut dengan Judul "General Yue Fei" (ISBN 978-962-04-1279-0) dalam bahasa Inggris yang saat ini dikenal dengan biografi asli dari Jenderal besar tersebut. Penulisan ulangnya sendiri memakan waktu antara tahun 1964 hingga tahun 1995. Banyak orang yang keliru menganggap bahwa Kisah ini adalah kisah asli, padahal dalam paragraf pembuka Novel gabungan ini, Sir Yang Ti-liangsebagai penulis sudah menuliskan bahwa ini adalah novel fiksi yang berdasarkan fakta. Namun sebagian dari kisah didalamnya hanyalah imajinasi penulis aslinya yaitu Qian Cai.
Novel ini bercerita bahwa Jenderal Yue Fei memiliki 5 Orang putera dan 1 Orang puteri. Dalam sejarah tulisan Dynasty Song putera pertama Yue Fei adalah Yue Yun (岳雲) yang diadopsinya pada saat Yue Yun berusia 12thn. Namun beberapa kisah dalam novel menuliskan bahwa Yue Yun adalah putera kandungnya. Selanjutnya Yue Lei (岳雷), Yue Ting (岳霆) yang ketiga, Yue Lin (岳霖) adalah yang keempat, dan Yue Zhen (岳 震) yang kelima. Dalam novel ini dikisahkan bahwa mereka semuanya masih sangat muda ketika ayahnya meninggal. Selain mereka berlima ada Yue Yinping yang merupakan putrinya dan dikisahkan melakukan bunuh diri ketika mengetahui ayahnya meninggal. Namun dikarenakan didalam sejarah tidak tercatat nama maupun jejak kehadirannya maka dianggap Yue Yinping adalah fiksi. Selain itu novel inipun mengisahkan bahwa Yue Fei menikah dengan puteri dari Hakim Li ketika berusia 16thn, namun inipun tidak dapat ditelusuri kebenarannya sehingga dianggap fiksi.
Kehidupan awal Yue Fei:
Setelah Yue Fei lahir, ayah Yue Fei yaitu Yue He (岳和) untuk memasukkan Istri dan anaknya dalam bejana tanah liat sesaat setelah Yue Fei menangis. Beberapa hari kemudian seorang anak memegang tangan Yue Fei terlalu keras sehingga membuat Yue Fei yang masih bayi menangis dan hujanpun mulai turun sangat deras dan meluapkan Sungai Kuning dan memusnahkan seluruh desa. Ayah Yue Fei sempat mendorong bejana tersebut namun karena tak sanggup lagi dia tidak ingin menyusahkan anak dan istrinya, sehingga melepas pegangan dan akhirnya meninggal.
Tempayan tersebut hanyut hingga ke desa Qilin, Kabupaten Huang, Propinsi Hebei. Yue Fei kecil dan ibunya selamat, dan ditampung oleh Wang Ming (王明) sebagai pembantu rumah tangga, sedangkan Yue Fei kemudian diangkat anak oleh Seorang Guru keluarga Wang yaitu Zhou Tong yang terkenal sebagai pakar militer dan strategi perang. Zhou kemudian mengajari Yue Fei dan ketiga saudara dalam sumpahnya yaitu Wang Gui (王贵), Tang Huai (汤 怀) dan Zhang Xian (张显) tentang keterampilan militer dan sastra, termasuk memanah dan delapan belas senjata perang lainnya.
Pada
saat Wang Ming jatuh miskin, ibu Yue Fei pindah ke sebuah gubuk
sederhana. Untuk hidup, nyonya Yue, ibu Yue Fei, menenun. Yue Fei membantu dengan mengumpulkan kayu bakar dan rumput.
Sepulang dari bekerja, Yue Fei selalu belajar dengan tekun. Melihat
hal itu ibu Yue Fei sangat sedih dan merasakan bahwa apa yang dipelajari
Yue Fei tidaklah cukup, sehingga ia memberi uang kepada Yue Fei untuk
membeli kertas dan pit. Nyonya Yue ingin memberikan pendidikan yang
layak kepada anak satu-satunya.
Mengetahui kesusahan hidup yang dialami sang ibu, Yue Fei tidak
membeli kertas dan pit, melainkan ia membawa pulang satu keranjang pasir
dan beberapa ranting pohon.
3. Song Yue E Wang Nianpu (宋岳 鄂 王 年谱), Karya Qian Ruwen (钱 汝雯) pada tahun 1924.
Dalam Novel ini diceritakan bahwa Keluarga Yue Fei muda dari kalangan petani miskin yang berada di daerah Tangyin, Perfektur Anyang di propinsi Henan (Saat ini). Buku ini menceritakan bahwa ketika Yue Fei lahir, seekor Peng (penulis kurang dapat mengartikan bahasanya - sehingga sementara dianggap sebagai sejenis burung - mohon masukannya bila ada info yang lebih jelas - Literature yang kemudian dapat menjelaskan sedikit adalah Buku Kungfu dari Master Liang Shouyu yang menyebutkan tentang "Dapeng" yaitu legenda Burung mistik yang tinggal diatas kepala Buddha yang bahkan Sun Go Kong pun tidak mampu melawannya, dan diturunkan untuk melawan pejabat Korupsi dan Tuan Tanah yang jahat, dan dipercaya secara legenda bahwa burung Dapeng ber-reinkarnasi sebagai Yue Fei) terbang melayang dan ber"kokok" diatas atap. Sehingga bayi kecil dinamakan Fei [ 飛 ] yang artinya Terbang. Kemudian sebelum Yue Fei berusia sebulan, seorang Dewa menyamar dan memberitahukan kepada Ayah Yue Fei untuk meletakkan puteranya didalam Bejana karena Bencana akan segera datang.
Kesamaan dalam kisah Novel
Dalam masa remaja, Yue Fei diceritakan memiliki kekuatan mistis. Dimasa remajanya, Yue Fei dapat menarik 300 Kati anak panah (Dalam Kamus bahasa Indonesia, Kati = ukuran berat yg berbobot 61/4 ons) dengan Busur yang seberat 8 Batu. Yue Fei belajar memanah dari seorang yang bernama Zhou Tong (Chinese : 周同 and 周侗; Pinyin : Zhōu Tóng). Yue Fei mampu memanah dengan baik menggunakan tangan kanan maupun kirinya. Dalam kisah juga diceritakan bahwa Yue Fei adalah murid ketiga dari Zhou Tong, dua lainnya adalah Lin Chong dan Lu Junyi yang dikenal dalam kisah 108 Penjahat Batas Air.
Dalam kisah Song Yue E Wang Nianpu (宋岳 鄂 王 年谱), Yue Fei juga mempelajari Seni Tombak pada Master Chen Guang [ 陳廣 ]. Selain itu juga dikatakan bahwa Yue Fei mencapai kemahirannya sebelum dewasa (Ini dilihat dengan adanya tanda Dewasa yang jaman itu dikenal dalam huruf Chinese :及 冠; pinyin : Ji Guan - Yaitu penutup kepala lambang kedewasaan pada jaman itu).
Dalam semua kisah diatas tidak pernah disinggung bahwa Zhou Tong mengajarkan hal lainnya selain memanah, namun dalam berbagai cerita legenda bahkan yang dimasukkan dalam kisah sejarah pelajaran sekolah adalah Master Zhou Tong juga mengajarkan seni berkelahi tanpa alat (tangan kosong), berkuda, serta kemampuan tenaga Qigong. Ini mungkin dikarenakan legenda kisah serta bukti otentik Seni Bela Diri Langka yang dituturkan oleh Generasi ke-13 Tai He kolektor seni Kungfu Master Fan Keping [ 范克平 ].
Tato Legendaris Yue Fei
Satu yang merupakan kisah legenda otentik yaitu Tato punggung Jenderal Yue Fei yang ditorehkan oleh Ibu kandungnya yang terdiri dari 4 (empat) karakter tulisan China yaitu Chinese : 尽忠 报国 ; Pin Yin : Jin Zhong Guo Bao, yang artinya "Melayani Negara dengan Loyalitas Sepenuhnya".
Dalam beberapa kisah cerita mulut kemulut ada juga yang mengisahkan bahwa Tato tersebut bukan dituliskan oleh Ibu Kandungnya, namun oleh orang lain untuk mengingatkan pada pemuda-pemuda didesanya apabila ada yang salah jalan dan ingin bergabung dengan bandit, maka yang lain akan membuka bajunya dan menunjukkan kepada orang tersebut sehingga berubah pikiran.
Kisah tentang Ibunda Yue yang memberikan tato muncul pada kisah Shuo Yue Quan Zhuan (说 岳 全 传). Dimana saat itu Yue Fei menolak dengan tegas untuk bergabung dengan bandit. Ibunda Yue bangga akan puteranya namun berkata "Aku, Ibumu, Bangga kamu menolak ajakan Bandit untuk bergabung dengan mereka, kamu memilih untuk tetap rela dalam kemiskinan daripada menjadi pengkhianat dan bergelimangan harta. Namun aku khawatir sepeninggalku kamu akan berubah. Maka dengan ini aku mengingatkan kamu dengan menuliskan 4 huruf dipunggungmu yang berarti : Sepenuhnya, Setia, Melayani, Negara. Ibunda Yue menuliskan dengan menorehkan tanda pada punggung Yue kemudian ditambahkan dengan tinta yang dicampur cuka agar tidak menghilang.
Berdasarkan sejarah yang mengacu pada lukisan kuno 4 (Empat) Jenderal Zhongxing [ 中興四將 ], proporsi tubuh Yue Fei sedikit pendek dan kekar, ini berbeda dengan penggambaran Yue Fei di area pekuburannya di Hangzhou yang terlihat tinggi dan kurus. Yue Fei selalu memposisikan dirinya sebagai lelaki yang berpegang pada ajaran Kong Hu Cu (Konfusius), namun pada awal masa bakti negaranya Yue Fei sempat mengalami ketergantungan terhadap minuman keras. Inilah satu-satunya yang dianggap sebagai kelemahannya. Yue Fei sendiri menganggap hal ini adalah idealnya yang ditunjukkan oleh para Jenderal Senior, hingga suatu saat Yue Fei hampir membunuh temannya sehingga Kaisar membuatnya berjanji untuk tidak menyentuh minuman keras lagi hingga berhasil mengalahkan pemberontak.
Walaupun tidak pernah tertulis didalam ketiga novel diatas, beberapa buku pelajaran sekolah sempat menceritakan tentang adik Yue Fei yang bernama Yue Fan. Yang akhirnya meninggal di medan tempur.
Bagunan Memorial Hall & Kuburan Panglima Yue Fei
Legenda bercerita bahwa kemudian ada banyak orang yang tidak menyukai sepak terjang Panglima Yue Fei. Sehingga kemudian beberapa bangsawan dan pejabat korup menuduh Panglima Yue Fei berkhianat. Namun karena proses eksekusinya yang lama dan rakyat biasa mulai melakukan perlawanan kecil dan meminta Yue Fei dibebaskan, si bangsawan yang menuduh Yue Fei pun kemudian mencari akal untuk segera mengeksekusi sehingga walaupun putusan tidak bersalah dari Raja turun, sudah tidak berguna lagi. Qin Hui dan Istrinya Lady Wang (王氏) kemudian menyiasati dengan menuliskan permintaan percepatan hukuman didalam kulit jeruk dan dikirimkan kepada hakim yang memimpin sidang.
19 Tahun kemudian Kaisar Gao Zhong, tepatnya tahun 1163 nama baik Panglima Yue Fei direhabilitasi namanya, kemudian bagunan Memorial Hall dibangun pada tahun 1211, dan kemudian didirikanlah patung-patung berlutut Qin Huang dan Istrinya serta dua orang suruhannya yaitu Moqi Xie (万俟 軼) dan Zhang Juni (張俊) pada tahun 1513.
Bangunan yang dibangun pada tahun 1211 ada tiga bangungan. Yakni bangunan utama adalah Memorial hall untuk Panglima Yue Fei yang dibangun ulang pada periode Dynasty Qing (1644 - 1911) dengan nama Hall 日天昭心 : Xin zhao tian ri dengan arti “a person’s heartfelt sincerity to another is so pure that the sun bears witness to it" (Penyusun tidak berani mengartikan dalam bahasa Indonesia karena kemungkinan memiliki pengertian mendalam). Didalam bangunan terdapat lukisan kiri kanan dinding tentang penulisan Tato Panglima Yue Fei oleh ibunya. Arca Panglima Yue Fei dibuat dengan penggambaran Panglima Yue Fei yang sedang duduk tegap dengan memegang pedang seakan bersiap untuk membela negerinya.
Bangunan sayap Kiri didedikasikan untuk bawahan Yue Fei yang bernama Niu Gao sedangkan sayap kanan didedikasikan untuk bawahan Yue Fei yang bernama Zhang Xian. Yang mana keduanya di eksekusi bersama dengannya (Kisah lain menceritakan bahwa Niu Gao memimpin tentara melawan pemerintahan agar melepas Panglima Yue Fei, namun ditegur oleh Yue Fei. Sehingga pada akhirnya Niu Gao beserta istri Yue Fei mengantarkan kepergian Panglima Yue Fei yang dieksekusi mati dengan tubuhnya yang ditarik oleh kuda yang berlawanan arah).
Berikutnya kita akan menemukan sebuah batu dengan tulisan Pahlawan Rakyat (民族英雄 : Min Zu Ying Xiong) pada bagian kiri setelah melewati Hall Utama pada halamannya, batu ini dihiasi dengan tanaman Bunga Plum serta Bambu yang melambangkan Yue Fei sebagai manusia yang Jujur dan Tabah. Belok kekiri kita kemudian bisa menemukan patung batu seperti kuda, domba dan harimau yang menandakan aspek karakternya - kuda yang melambangkan kerja keras dan kekuatan, domba mewakili kerendahan hati dan bakti serta harimau yang melambangkan keberanian/ketegasan (Tulisan sebenarnya fierceness yang berarti keganasan, namun saya artikan keberanian/ketegasan) sebagai seorang jenderal. Berikutnya, tiga patung lainnya di setiap sisi dimaksudkan untuk melindungi dan menjaga makamnya. Ada dua makam: makam utama berisi sisa-sisa (saya asumsikan tubuh) Panglima Yue Fei dan lainnya, serta pakaian anaknya yang tubuhnya tidak pernah ditemukan setelah eksekusi.
Niu Gao sendiri diyakini kemudian kuburannya berada didalam area yang sama yang diperbaiki pada tahun 1875 di era Dynasty Qing dan kemudian hancur pada Revolusi Budaya. Kubur saat ini yang diyakini milik Niu Gao adalah kuburan yang dibangun kembali pada 1983 dan diyakini kosong.
Empat Sosok Patung Bersimpuh di Kuburan Panglima Yue Fei
Selama berabad-abad selanjutnya
para peziarah meludahi, mengencingi, menendang patung-patung tersebut.
Patung-patung yang asli rusak, kemudian diganti dengan patung lainnya
yang juga dirusak sehingga saat ini dibuatkan pagar pelindung agar
patung tersebut tidak rusak dan dijadikan sebagai peninggalan sejarah.
Ada sebuah puisi yang dipajang di gerbang dekat keempat patung diletakkan yang berbunyi "The green hill is fortunate to be the burial ground of a loyal general, the white iron was innocent to be cast into the statues of traitors." (Penyusun tidak berani mengartikan karena mungkin memiliki arti yang lebih mendalam). Setelah kemudian namanya Yue Fei dipulihkan, Kaisar memberikan penguburan yang layak dan ditunjuk sebagai Zhongwu. (忠武;" Loyal dan Martial "). Pada 1179 ia dikanonisasi sebagai Wumu (武 穆).
Sejarah Cakhwe dan Hubungannya dengan Panglima Yue Fei
Cakhwe mulai populer pada zaman Dinasti Song,
berawal dari meninggalnya Panglima Yue Fei (Hanzi: 岳飛) yang terkenal akan nasionalismenya akibat
fitnahan Perdana Menteri Qin Hui (Hanzi: 秦檜). Adalah Wang Xiaoer dan Li Si yakni suami istri pedagang yang sedang mencari ide untuk menjual makanan. Wang Xiaoer melihat kemarahan rakyat pada Qin Hui dan akhirnya mendapat ide ketika mendengar
kabar kematian Yue Fei, mereka kemudian menggoreng dua adonan tepung yang ia bentuk seperti manusia yang saling memunggungi dari adonan tepung
beras yang melambangkan Qin Hui dan istrinya, lalu adonan tersebut digoreng untuk dimakan. Ini
dilakukan sebagai simbolisasi kebencian rakyat atas Qin Hui. Adonan tersebut dibuat ketika digoreng pasti mencuat ke permukaan. Dengan lantang mereka berteriak "Dijual Hui Goreng!" (油炸桧 : You Zha Hui). Hal ini menarik banyak orang yang kemudian datang untuk melihat Hui Goreng. Dengan cara itu, penganan ini menyebar dari Lin'an, ibu kota Song Selatan. Namanya pun secara bertahap berubah menjadi Hantu yang digoreng (atau di Indonesia populer dengan nama Cakhwe) dan terakhir You Tiao.
Cakhwe disebut dengan berbagai nama di daratan Tiongkok sendiri karena perbedaan dialek daerah. You Tiao adalah nama umum Cakhwe dalam Bahasa Tionghoa dan sebenarnya diambil dari dialek Zhejiang. Sedangkan dalam dialek Hokkian disebut Cakhwe (油炸鬼) dari asalnya (iû-chiā-kóe). Di dialek Chaozhou dan Shantou penganan ini disebut Zha Guo (炸果). Di daerah lain yaitu Anhui Cakhwe disebut dengan nama You Guozi (油果子). Kata Guo (果) dalam nama-nama tersebut berarti kue.
Sumber Penulisan :
- Bruce Kumar. The Power of Internal Martial Arts: Combat Secrets of Ba Gua, Tai Chi, and Hsing-I. North Atlantic Books, 1998
- James, Andy. The Spiritual Legacy of Shaolin Temple: Buddhism, Daoism, and the Energetic Arts. Wisdom Publications, 2005
- James T. C. Liu. "Yueh Fei (1103-41) and China's Heritage of Loyalty." The Journal of Asian Studies. Vol. 31, No. 2 (Feb., 1972), pp. 291-297
- Fan, Chengda. Stone Lake: The Poetry of Fan Chengda 1126-1193. Trans. J. D. Schmidt and Patrick Hannan. Ed. Denis Twitchett. Cambridge University Press, 1992
- Hammond, Kenneth James (2002). The Human Tradition in Premodern China, Human tradition around the world, No. 4. Scholarly Resources Inc.
- Weisz, Tiberiu. The Kaifeng Stone Inscriptions: The Legacy of the Jewish Community in Ancient China. New York: iUniverse, 2006
- Chang, Shelley Hsueh-lun. History and Legend: Ideas and Images in the Ming Historical Novels. University of Michigan Press, 1990
- Kaplan, Edward Harold. Yueh Fei and the founding of the Southern Sung. Thesis (Ph. D.) -- University of Iowa, 1970. Ann Arbor: University Microfilms International, 1970.
- Jochen Degkwitz, Yue Fei und sein Mythos. Die Entwicklung der Yue-Fei-Saga bis zum, Shuo Yue quan zhuan, Chinathemen 13, edited by Helmut Martin, Volker Klapsch and Martin Krott (Bochum: N Brockmeyer, 1983
- Wright, Arthur F., and Denis Crispin Twitchett. Confucian Personalities. Stanford studies in the civilizations of eastern Asia. Stanford, Calif: Stanford University Press, 1962
- Cerita dari Mulut ke Mulut kepercayaan tentang Panglima Yue Fei, China Guide Handbook, 2012
Berdasarkan sejarah yang mengacu pada lukisan kuno 4 (Empat) Jenderal Zhongxing [ 中興四將 ], proporsi tubuh Yue Fei sedikit pendek dan kekar, ini berbeda dengan penggambaran Yue Fei di area pekuburannya di Hangzhou yang terlihat tinggi dan kurus. Yue Fei selalu memposisikan dirinya sebagai lelaki yang berpegang pada ajaran Kong Hu Cu (Konfusius), namun pada awal masa bakti negaranya Yue Fei sempat mengalami ketergantungan terhadap minuman keras. Inilah satu-satunya yang dianggap sebagai kelemahannya. Yue Fei sendiri menganggap hal ini adalah idealnya yang ditunjukkan oleh para Jenderal Senior, hingga suatu saat Yue Fei hampir membunuh temannya sehingga Kaisar membuatnya berjanji untuk tidak menyentuh minuman keras lagi hingga berhasil mengalahkan pemberontak.
Walaupun tidak pernah tertulis didalam ketiga novel diatas, beberapa buku pelajaran sekolah sempat menceritakan tentang adik Yue Fei yang bernama Yue Fan. Yang akhirnya meninggal di medan tempur.
Bagunan Memorial Hall & Kuburan Panglima Yue Fei
Yue Fei Memorial Hall Hangzhou |
Kuburan Panglima Yue Fei di Hangzhou |
Bangunan yang dibangun pada tahun 1211 ada tiga bangungan. Yakni bangunan utama adalah Memorial hall untuk Panglima Yue Fei yang dibangun ulang pada periode Dynasty Qing (1644 - 1911) dengan nama Hall 日天昭心 : Xin zhao tian ri dengan arti “a person’s heartfelt sincerity to another is so pure that the sun bears witness to it" (Penyusun tidak berani mengartikan dalam bahasa Indonesia karena kemungkinan memiliki pengertian mendalam). Didalam bangunan terdapat lukisan kiri kanan dinding tentang penulisan Tato Panglima Yue Fei oleh ibunya. Arca Panglima Yue Fei dibuat dengan penggambaran Panglima Yue Fei yang sedang duduk tegap dengan memegang pedang seakan bersiap untuk membela negerinya.
Bangunan sayap Kiri didedikasikan untuk bawahan Yue Fei yang bernama Niu Gao sedangkan sayap kanan didedikasikan untuk bawahan Yue Fei yang bernama Zhang Xian. Yang mana keduanya di eksekusi bersama dengannya (Kisah lain menceritakan bahwa Niu Gao memimpin tentara melawan pemerintahan agar melepas Panglima Yue Fei, namun ditegur oleh Yue Fei. Sehingga pada akhirnya Niu Gao beserta istri Yue Fei mengantarkan kepergian Panglima Yue Fei yang dieksekusi mati dengan tubuhnya yang ditarik oleh kuda yang berlawanan arah).
Berikutnya kita akan menemukan sebuah batu dengan tulisan Pahlawan Rakyat (民族英雄 : Min Zu Ying Xiong) pada bagian kiri setelah melewati Hall Utama pada halamannya, batu ini dihiasi dengan tanaman Bunga Plum serta Bambu yang melambangkan Yue Fei sebagai manusia yang Jujur dan Tabah. Belok kekiri kita kemudian bisa menemukan patung batu seperti kuda, domba dan harimau yang menandakan aspek karakternya - kuda yang melambangkan kerja keras dan kekuatan, domba mewakili kerendahan hati dan bakti serta harimau yang melambangkan keberanian/ketegasan (Tulisan sebenarnya fierceness yang berarti keganasan, namun saya artikan keberanian/ketegasan) sebagai seorang jenderal. Berikutnya, tiga patung lainnya di setiap sisi dimaksudkan untuk melindungi dan menjaga makamnya. Ada dua makam: makam utama berisi sisa-sisa (saya asumsikan tubuh) Panglima Yue Fei dan lainnya, serta pakaian anaknya yang tubuhnya tidak pernah ditemukan setelah eksekusi.
Niu Gao sendiri diyakini kemudian kuburannya berada didalam area yang sama yang diperbaiki pada tahun 1875 di era Dynasty Qing dan kemudian hancur pada Revolusi Budaya. Kubur saat ini yang diyakini milik Niu Gao adalah kuburan yang dibangun kembali pada 1983 dan diyakini kosong.
Empat Sosok Patung Bersimpuh di Kuburan Panglima Yue Fei
Qin Hui dan Istrinya Lady Wang (王氏) |
Moqi Xie (万俟 軼) dan Zhang Juni (張俊) |
Ada sebuah puisi yang dipajang di gerbang dekat keempat patung diletakkan yang berbunyi "The green hill is fortunate to be the burial ground of a loyal general, the white iron was innocent to be cast into the statues of traitors." (Penyusun tidak berani mengartikan karena mungkin memiliki arti yang lebih mendalam). Setelah kemudian namanya Yue Fei dipulihkan, Kaisar memberikan penguburan yang layak dan ditunjuk sebagai Zhongwu. (忠武;" Loyal dan Martial "). Pada 1179 ia dikanonisasi sebagai Wumu (武 穆).
Sejarah Cakhwe dan Hubungannya dengan Panglima Yue Fei
Cakhwe |
Cakhwe disebut dengan berbagai nama di daratan Tiongkok sendiri karena perbedaan dialek daerah. You Tiao adalah nama umum Cakhwe dalam Bahasa Tionghoa dan sebenarnya diambil dari dialek Zhejiang. Sedangkan dalam dialek Hokkian disebut Cakhwe (油炸鬼) dari asalnya (iû-chiā-kóe). Di dialek Chaozhou dan Shantou penganan ini disebut Zha Guo (炸果). Di daerah lain yaitu Anhui Cakhwe disebut dengan nama You Guozi (油果子). Kata Guo (果) dalam nama-nama tersebut berarti kue.
Resep Cakhwe
Bahan:
1.
500 gr Terigu
2.
400 ml Air
3.
1 sdm Baking powder
4.
1 sdt Baking soda
5.
1 1/2 sdt Garam
6.
Minyak Goreng secukupnya
Cara membuat Cahkwe:
1.
Masukkan baking powder, baking soda
dan garam ke dalam baskom lalu masukkan air dan aduk rata
2.
Masukkan terigu, aduk rata dan
biarkan selama 15-20 menit
3.
Ambil adonan bagian pinggir baskom.
Kemudian pindahkan ke bagian tengah - tengah adonan. Biarkan lagi selama 15-20
menit
4.
Lakukan hal yang sama sebanyak 3-4
kali sampai adonan kalis elastis
5.
Balik adonan dan beri sedikit minyak
di permukaannya supaya adonan tetap lembab. Biarkan selama 1 jam
6.
Keluarkan adonan dari baskom.
Bungkus dengan plastik dan bentuk menjadi persegi panjang. Diamkan selama 4 jam
7.
Bila membuat adonan cakwe lebih dari
1/2 kg. Potong-potong adonan dan simpan di dalam plastik per 1/2 kg adonan
8.
Setelah 4 jam, buka bungkus
plastiknya dan keluarkan adonan cakwenya
9.
Gilas adonan dengan menggunakan
rolling pin kayu sampai ketebalan 15 mm
10.
Setelah itu, potong-potong adonan
selebar 1 cm sampai semua adonan habis
11.
Lalu letakkan satu potongan dengan
satu potongan menjadi 2.
12.
Gunakan tusuk sate, tekan bagian
tengah yang memanjang sehingga kedua potongan tersebut bersatu menjadi 1
potongan
13.
Lakukan hal yang sama sampai semua
adonan cakwe habis
14.
Ambil 1 bagian adonan yang siap
goreng. Tarik sampai sepanjang 20 cm (jangan sampai putus)
15.
Lalu masukkan ke dalam minyak panas
dan goreng dengan api sedang sampai matang kecoklatan
Angkat dan tiriskan dan cakwe siap dihidangkan Sumber Penulisan :
- Bruce Kumar. The Power of Internal Martial Arts: Combat Secrets of Ba Gua, Tai Chi, and Hsing-I. North Atlantic Books, 1998
- James, Andy. The Spiritual Legacy of Shaolin Temple: Buddhism, Daoism, and the Energetic Arts. Wisdom Publications, 2005
- James T. C. Liu. "Yueh Fei (1103-41) and China's Heritage of Loyalty." The Journal of Asian Studies. Vol. 31, No. 2 (Feb., 1972), pp. 291-297
- Fan, Chengda. Stone Lake: The Poetry of Fan Chengda 1126-1193. Trans. J. D. Schmidt and Patrick Hannan. Ed. Denis Twitchett. Cambridge University Press, 1992
- Hammond, Kenneth James (2002). The Human Tradition in Premodern China, Human tradition around the world, No. 4. Scholarly Resources Inc.
- Weisz, Tiberiu. The Kaifeng Stone Inscriptions: The Legacy of the Jewish Community in Ancient China. New York: iUniverse, 2006
- Chang, Shelley Hsueh-lun. History and Legend: Ideas and Images in the Ming Historical Novels. University of Michigan Press, 1990
- Kaplan, Edward Harold. Yueh Fei and the founding of the Southern Sung. Thesis (Ph. D.) -- University of Iowa, 1970. Ann Arbor: University Microfilms International, 1970.
- Jochen Degkwitz, Yue Fei und sein Mythos. Die Entwicklung der Yue-Fei-Saga bis zum, Shuo Yue quan zhuan, Chinathemen 13, edited by Helmut Martin, Volker Klapsch and Martin Krott (Bochum: N Brockmeyer, 1983
- Wright, Arthur F., and Denis Crispin Twitchett. Confucian Personalities. Stanford studies in the civilizations of eastern Asia. Stanford, Calif: Stanford University Press, 1962
- Cerita dari Mulut ke Mulut kepercayaan tentang Panglima Yue Fei, China Guide Handbook, 2012